Kamis, 20 Desember 2012

tugas Akhir biologi















 
BAB I
MATERI DAN METODE

Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Sel dilaksanakan pada hari Senin, 01 Oktober 2012 pukul 09.00 -11.00  WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.

1.1. Materi
              Alat yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Sel adalah mikroskop berfungsi untuk melihat benda mikroskopis, kaca objek dan kaca penutup berfungsi untuk meletakkan benda yang akan diamati, silet berfungsi untuk membuat sayatan dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Bahan yang digunakan adalah daun Rhoe discolor dan preparat awetan sel usus halus tikus putih.

1.2.  Metode
              Metode pada praktikum ini yang pertama adalah melakukan penyayatan pada tanaman Rhoe discolor dengan menggunakan silet dengan tipis, kemudian hasil sayatan tersebut letakkan  pada kaca objek yang sudah ditetesi air kemudian menutupnya dengan kaca penutup dan mengusahakan tidak ada gelembung udara, mengamati sayatan tersebut dengan mikroskop dengan perbesaran 40x dan 100x, setelah itu menggambar bagian sel dalam buku pengamatan dan menjelaskan bagian-bagianya. Metode yang dilakukan dalam praktikum Pengenalan Sel mengenai preparat awetan hewan ialah mengamati preparat tersebut dengan mikroskop pada perbesaran 40x dan 100x, setelah itu menggambar bagian sel pada buku pengamatan dan menjelaskan bagian-bagian














BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.  Struktur Sel Rhoe discolor
              Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan sel diperoleh hasil sebagai berikut :
Perbesaran 40x :








Keterangan :
1. Nukleus
2. Stomata
3. Dinding sel
Perbesaran 100x :








Sumber: Data Prikum Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 1. Penampang sel Rhoe discolorperbesaran 40x dan 100x
              PengamatanseltanamanRhoe discolorditemukandinding sel, membransel, stomata, sitoplasma, dan kloroplas. Hal ini sesuai dengan pendapat  Heddy (1990) yang menyatakan bahwa dinding sel pada umumnya dianggap sebagai sekresi protoplas dan diletakan pada permukaanya, sehingga merupakan lapisan atau selaput yang tidak hidup, namun demikian ada bagian dari dinding sel yakni lamela tengah yang mengandung bahan-bahan hidup protoplas masih aktif. Hal ini ditambahkan oleh Sumadi (2007) yang menyatakan bahwa struktur sel tidak teratur Dan tersusunatas membrane sel, plamasel, intisel, dindingseldan stomata. Dinding sel tanaman Rhoe discolor tidak teratur, bagian ini mempunyai fungsi membungkus atau melindungi organel-organel yang ada didalamnya. Hal ini diperkuat oleh Campbell (2009) yang menyatakan bagian lainya yang dapat terlihat stomata yang berfungsi sebagai pertukaran gas. Kloroplas yang mempunyai fungsi untk berfotosintesis, kloroplas ini dibatasi oleh membran ganda yang didalamnya terdapat sistem luas membran interval yang yang terbenam dalam matriks luida yang disebut stoma. Organel selanjutnya yaitu sitoplasma, istilah secara  tradisional   digunakan  untuk memberikan segala sesuatu di dalam sel kecuali nukleus, dalam sitoplasma yang menggunakan mikkrosop elektron menyingkap pola-pola luas bagi membran dan komparteman yang dibatasi membran didalam sitoplasma. Sistem yang dibatasi dengan jelas disebut organel.











2.2.  Struktur Sel Preparat Usus Tikus
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan sel diperoleh hasil sebagai berikut :
Perbesaran 40x







Keterangan:
1. Mitokondria
2. Inti sel
3. Sitoplasma
4. Retikulum Endoplasma
5. Badan Golgi
6. Membran sel
Perbesaran 100x








Sumber: Data Prikum Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 2. Sel Usus Tikus Putih Perbesaran 40x dan 100x
   Sel-sel pada hewan yang dapat terlihat saat pengamatan yaitu inti sel, Retikulum Endoplasma, dan membran sel. Hal ini sesuai dengan  pendapat  Kimball (1998) yang menyatakan membran ini berfungsi sebagai interfase antara mesin-mesin dibagian dalam sel dan fluida cair yang membasai semua sel. Membran plasma demikian tipisnya sehingga hanya dapat divisualisasi dengan pembesaran tinggi yang dapat dicapai dengan mikroskop elektron.Ditambahkan oleh Sumadi (2007) yang menyatakan bahwa organel yang terdapatpada sel hewan adalah inti sel, membran sel, retikulum endoplasman, dan isly. Ditambahkan oleh Campbell (2009) yang menyatakan Retikulum endoplasma yaitu sistem sangat luas membran di dalam sel, membran-menbran itu mempunyai struktur lipid-protein yang sama dengan yang ada pada membran lain sel tersebut. Retikulm endoplasma (RE) dibedakan menjadi retikulum endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus. Membran plasma yaitu pembatas luar.

3.3.  Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
              Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat sel hewan dan sel tumbuhan termasuk sel eukariotik yang memiliki selaput inti, namun secara umum sel hewan dan sel tumbuhan tidak memiliki perbedaan yang mendasar, hanya saja perbedaan pada bagian struktur atau organ-organ tertentu. Sel tumbuhan memiliki dinding sel, membran sel, inti sel, sitoplasma, kutikula, dan epidermis. Sel hewan memiliki vakuola, retikulum endoplasma dan membran sel. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Kimball (1998) yang menyatakan sel tumbuhan memeiliki dinding sel, tidak memiliki sentriol, mempunyai plastisa dan ukuran vakuola relatif besar. Hal ini didukung oleh Sumadi (2000) bahwa sel hewan dan sel tumbuhan memiliki perbedaan pada organ tertentu. Sel tumbuhan memiliki membran sel, sitoplasma, retikulum endoplasma, inti sel (nukleus), mitokondria, ribosom, plastida dan vakuola. Perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan terletak pada sentriol, sentrosom, lisosom dan flagel/silia.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.  Kesimpulan
Hasil praktikum mengenai Pengenalan Sel dapat diketahui bahwa sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup. Pengamatan sel tumbuhan pada Rhoe discolor, tampak bagian-bagian sel yaitu dinding sel yang berfungsi melindungi dan menguatkan sel. Inti sel atau nukleus yang berfungsi mengatur seluruh aktifitas sel. Sitoplasma merupakan cairan yang berada didalam sel, dan tampak juga vakuola yang merupakan organel sel berupa kantong-kantong bermembran besar didalam sel. Perbedaan sel hewan dengan sel tumbuhan adalah pada sel hewan terdapat membran sel, dan inti sel, sedangkan pada sel tumbuhan terdapat dinding sel, membran sel, sitoplasma, sel penjaga dan stomata.

3.2.  Saran
Berhati-hati saat menyayat daun Rhoe discolor, jangan sampai tangan anda terkena silet. Mengusahakan agar sayatannya bisa setipis mungkin agar dapat mudah diamati dalam mikroskop. Jadi saat penyayatan dilakukan sebaiknya tanaman Rhoe discolor dilingkarkan di atas jari sehingga tidak melukai jari saat penyayatan dilakukan.



 
DAFTAR PUSTAKA
Bury, T. dan Ross, S. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Campbell, R. 2009. Biologi Edisi Lima Jilid 3. Erlangga, Jakarta.

Kimball, J. 1998. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Kleimsmith, L. 1998. Principles of Cell Biology. Harper and Row Publisher, New York.

Lewis, G. et al. 2001. Life Fifth Edition. Mc Graw Hill Education, Boston.

Prihastanti, E. et al. 2003. Anatomi Tumbuhan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Sumadi. 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Yuwono. 2005. Biologi. Erlangga, Jakarta.















 

















 
BAB I
MATERI DAN METODE
Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Jaringan Tumbuhan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 01 Oktober 2012, pukul 09.00-11.00 WIB, di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.
1.1.  Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum dengan materi jaringan tumbuhan antara lain silet untuk menyayat batang tumbuhan. Kaca objek dan kaca penutup sebagai wadah meletakkan objek yang akan diamati. Mikroskop untuk bagian dari jaringan tumbuhan yang telah disayat untuk diamati, serta alat tulis untuk menggambarkan hasil pengamatan.Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah akar dan batang jagung (Zea mays) sebagai tumbuhan monokotil yang akan diamati. Akar dan batang kacang tanah (Arachis hipogaea) sebagai tumbuhan dikotil yang akan diamati.

1.2.  Metode
            Praktikum ini perlu pertama kali mengamati bentuk akar tanaman maupun batang dari bahan tanaman jagung (zea mays) dan kacang tanah (Arachis hipogea). Buat sayatan melintang dengan menggunakan silet dari batang muda jagung dan kacang tanah. Letakkan sayatan pada kaca objek yang sudah bersih yang telah ditetesi air, tutup dengan kaca penutup. Usahakan jangan ada gelembung udara di dalamnya. Amatilah preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x dan 100x. Setelah itu gambarkan dan jelaskan bagian-bagiannya.














BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.   Hasil Pengamatan Tanaman Jagung
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan jaringan diperoleh hasil sebagai berikut :
Perbesaran 40x :







Keterangan:
1. Epidermis
2. Xylem
3. Floem
4. Parenkim
Perbesaran 100x :







 Sumber: Data Prikum Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 3. Penampang Melintang Batang Jagung 40x dan 100x








 
Perbesaran 40x








Keterangan:
1. Epidermis
2. Xylem
3. Floem
4. Parenkim
Perbesaran 100x








           Sumber: Data Prikum Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 4. Penampang Melintang Akar Jagung 40x dan 100x
       Berdasarkan hasil praktikum biologi diperoleh hasil bahwa jaringan monokotil terdiri dari, floem, xilem, epidermis dan endodermis pada batang, sedangkan pada akar tidak ditemukan adanya endodermis. Xilem dan floem yang merupakan jaringan pengangkut, korteks yang merupakan parenkim dan epidermis yang merupakan jaringan pelindung. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2009) yang menyatakan bahwa jaringan epidermis berfungsi melindungi bagian dalam tumbuhan sehingga jaringan epidermis disebut jaringan pelindung. Ditambahkan oleh  pendapat Tjitrosoepomo (2007) bahwa dikotil merupakan  akar tunggang, System akar tunggang yaitu jika akar lemnaga tumbuh terus-menerus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil.
2.2.  Hasil Pengamatan Tanaman Kacang Tanah
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan jaringan diperoleh hasil sebagai berikut :
Perbesaran 40x











Keterangan:
1. Epidermis
2. Korteks
3. Kambium
4. Floem
5. Xylem

Perbesaran 100x













Sumber: Data Prikum Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 5. Penampang Melintang Akar Kacang Tanah 40x dan 100x
            Berdasarkan hasil pengamatan praktikum Biologi dengan materi Mengenal Jaringan Tumbuhan ditemukan beberapa organ tumbuhan yang membentuk jaringan. Xylem dan floem yang merupakan jaringan pengangkut, korteks yang merupakan jaringan parenkim dan epidermis yng merupakan jaringan pelondung. Hal ini sesuai dengan pendapat  Kimball (1998) jaringan penguat melaksanakan fungsi transport yang terdiri dari xylem dan floem. Ditambahkan oleh               Prihastanti (2003) yang menyatakan bahwa jaringan epidermis berfungsi melindungi bagian dalam tumbuhan sehingga jaringan epidermis disebut jaringan pelindung. Berdasarkan hasil pengamatan tumbuhan kacang  sama-sama tersususn atas xylem, floem, koeteks dan epidermis. Tumbuhan kacang memiliki pembuluhyang teratur susunannya. Didukung oleh Campbell (2009) yang menyatakan bahwa tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan berkeping dua yang memiliki dua kotiledon, susunan tulang daunnya seperti jari, berkas vaskuler umumnya tersusun dalam bentuk lingkaran.

2.3.  Perbedaan Dikotil dan Monokotil
Perbedaan antara tanaman dikotil dan monokotil terletak pada akarnya yaitu monokotil berakar serabut dan dikotil berakar tunggang. Selain itu perbedaannya juga terletak pada daunnya yaitu monokotil menyirip sedangkan dikotil menjari. Juga terletak pada batangnya, monokotil tidak berkambium, tetapi dikotil memiliki kambium dalam batangnya.Tumbuhan monokotil dan dikotil termasuk subdivisi angiospermae. Tumbuhan monokotil memiliki kotiledon setiap biji satu buah, akarnya serabut, tidak berkambium, susunan tulang daunya sejajar atau melengkung dan bagian bunga umumnya tiga atau kelipatannya. Tumbuhan dikotil memiliki setip biji dua buah kotiledon, akarnya tunggang, berkambium, daunnya menyirip atau menjari dan bagian bunga umumnya empat atau kelipatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Heddy (1990) bahwa tumbuhan monokotil memilki akar serabut, memilki satu buah kotiledon pada setiap biji, akar dan batang tidak berkambium, susunan tulang daun sejajar jumlah bunga tiga atau kelipatannya serta memilki kaliptrogen. Tumbuhan dikotil mempunyai dua lembaga dan akar lembaganya kemudian menjadi akar tunggang yang bercabang menjadi sistem akar tunggang serta batangnya memiliki kambium untuk pertumbuhan menebal sekunder. Hal ini ditambahkan olehSutrian (2004) bahwa tumbuhan monokotil dan dikotil tergolong subdivisio angiospermae. Angiospermae memilki ciri-ciri daun berbentuk pipih, lebar, dengan susunan tulang yang beraneka ragam, bakal bijitidak terlihat, pembuahan merupakan fertilisasi ganda dan selang waktu antara peyerbukan dengan pembuahan relatif pendek.












BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.  Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil, yaitu tumbuhan dikotil berakar tunggang, sedangka  tumbuhan monokotil berakar serabut. Berkas pembuluh pada tanaman monokotil tersebar  sedangkan  pada dikotil  teratur. Floem dan xylem tumbuhan dikotil teratur sedangkan pada monokotil tidak teratur. Floem berfungsi sebagai alat transport untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun keseluruh tumbuhan. Xylem berfungsi sebagai pengangkut air dan garam-garam mineral dari tanah ke daun. Batang tumbuhan dikotil berkambium dan bercabang sedangkan batang tumbuhan monokotil tidak.

3.2.  Saran
            Berdasarkan praktikan yang kami lakukan kami menyarankan kepada para praktikan lainnya agar lebih cerdas memahami hasil dalam mikroskop Dan penuangan hasil dalam gambar. Karena wujud yang muncul dalam mikroskop membingungkan ketika akan dituangkan dalam gambar.




 
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, Johnson, Lewis, Raff, Roberts, Peter.  2008. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Bury, T. dan Ross, S. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Campbell, R. 2009. Biologi Edisi Lima Jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press: Jakarta.

Kimball, J. 1998. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Prihastanti,  2003. Anatomi Tumbuhan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB, Bandung.

Sutrian, Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. PT. Rineka Cipta:
Jakarta
Tjitro Soepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.













BAB I
MATERI DAN METODE
Praktikum biologi dengan materi Fotosintesis dilaksanakan pada hari senin 08 Oktober 2012 pukul 09.00-11.00  WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

1.1.  Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum Fotosintesis adalah alumunium foil untuk menutup sebagian daun gamal, penjepit kertas atau isolasi untuk menjepit alumunium foil pada daun gamal, kaki tiga sebagai penyokong beker glass saat merebus daun gamal, beker glass untuk wadah daun saat direbus dengan alcohol, wadah spirtus (bunsen), cawan petri untuk wadah daun gamal, pinset untuk mengambil daun gamal dari beker glass, pipet untuk meneteskan JKJ dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah beberapa daun gamal yang ditutupi alumunium foil dan daun gamal yang tidak ditutupi, alcohol dan JKJ.

1.2.   Metode
Metode praktikum adalah dengan cara menutup sebagian daun gamal dengan cara menempelkan alumunium foil di kedua sisinya dan menjepit dengan penjepit kertas dua hari sebelum praktikum. Memasukkan daun gamal kedalam alcohol yang mendidih untuk melarutkan zat klorofilnya hingga berwarna hijau transparan. Mengambil daun gamal yang telah direbus dengan alcohol kemudian meletakkannya didalam cawan petri untuk kemudian menetesi dengan larutan JKJ sampai merata keseluruh permukaan daun dan memperhatikan perubahan warna yang terjadi.













BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.       Daun Gamal yang Ditutupi Aluminium Foil
Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :

Text Box: 1
Keterangan : 1. Daun gamal

        Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012

Ilustrasi 6. Gambar daun gamal sebelum ditutupi aluminium foil


Text Box: 2Text Box: 1

Keterangan : 1. Daun gamal
                     2. Aluminium foil
                               Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 7. Gambar daun gamal saat ditutupi aluminium foil


Text Box: 6Text Box: 5Text Box: 4
Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1
Keterangan : 1. Daun gamal
                      2. Bekker Glass
                      3. Alkohol
                      4. Kawat kain kasa
                      5. Kaki tiga
                      6. Bunsen















Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 8. Gambar daun gamal saat dipanaskan dalam larutan alkohol



Text Box: 4Text Box: 1Text Box: 2Text Box: 3

Keterangan : 1. Daun gamal
                  2. Pipet tetes
                     3. Larutan JKJ
                     4. Cawan petri

Text Box: 1Sumber : Data Primer Praktikum 2012
Ilustrasi 9. Gambar daun gamal setelah dipanaskan dan saat ditetesi larutan JKJ



Text Box: 2Text Box: 1

Keterangan: 1. Daun gamal
2. Cawan petri

           Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012

Ilustrasi 10. Gambar daun gamal setelah ditetesi larutan JKJ


Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil sebagai berikut Daun yang tidak di tutup Alumunium foil setelah mendapatkan hasil fotosintesis yang sempurna karena tidak di halangi oleh suatu benda yang dapat menghambat fotosintesis, jadi saat mengalami fotosintesis daun terlihat sangat sempurna, dan saat daun di rebus untuk melarutkan klorofil kemudian ditetesi JKJ (Jodium Kalium Jodida) warna daun berubah menjadi coklat kehitaman keselurha, materi- nateri kasar digunakan oleh tanaman dalam membangun makan organik, seperti karbohidrat, glukosa, fruktosa dalam bentuk air dan karbon dioksida. Pertambahan dari keuntungan fotosintesis dan pertukaran CO2 seimbang (Pradhan, 2001), peristiwa ini hanya akan berlangsung jika ada klorofil dan ada cukup cahaya (Dwidjoseputro, 1994).

2.2  Daun Gamal Tanpa Aluminium Foil
Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :


Text Box: 1
Keterangan : 1. Daun gamal
                                Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012
                  Ilustrasi 11. Gambar daun gamal sebelum dipanaskan dalam larutan alkohol
                                                                             


















Text Box: 1Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 4Text Box: 5Text Box: 6
Keterangan : 1. Daun gamal
                     2. Bekker glass
               3. Alkohol
               4. Kawat kain kasa
                5. Kaki tiga
                       6. Bunsen
                                 Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 12. Gambar daun gamal saat dipanaskan dalam larutan alkohol


Text Box: 2Text Box: 1

Keterangan :   1. Daun gamal
                       2. Cawan petri
                                 Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 13. Gambar daun gamal setelah dipanaskan dan sebelum ditetesi larutan JKJ


Text Box: 1Text Box: 2Text Box: 3Text Box: 4
Keterangan : 1. Daun gamal
               2. Pipet tetes
               3. Larutan JKJ
                     4. Cawan petri
     Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 14. Gambar daun gamal saat ditetesi larutan JKJ


Text Box: 2Text Box: 1

Keterangan : 1. Daun gamal
                     2. Cawan petri
     Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 15. Gambar daun gamal setelah ditetesi larutan JKJ


     
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut Daun yang ditutup dengan Alumunium Foil terlihat pucat pada bagian yang di tutup, warna terlihat pudar tidak seperti bagian daun yang tidak di tutup oleh Alumunium Foil bagian yang di tutup dengan Alumunium Foil mengalamu fotosintesis yang tidak sempurna sehingga warna klorofil memudar pada bagian yang ditutup, ketika di panaskan untuk melarutkan klorofil warna daun pudar dan tidak sempurna seperti daun yang tidak di tutup oleh Alumunium Foil, daun memutih tetapi pada bagian yang di tutup oleh Alumunium Foil terlihat transparan, kemudian saat di tetesi dengan JKJ (Jodium Kalium Jodida) warna berubah menjadi coklat khitaman tetapi pada bagian yang ditutup dengan Alumunium Foil terlihat jelas begitu transparan, fotosintesis yang terjadi dalam evolusi O2 yang digunakan cahaya dari air dan penyimpanan tenaga reduksi yang dihasilkan dalam berbagai komponen karbon yang membentuk jasat hidup, klorofil a dan pigmen–pigmen pelengkap, yang menyerap kira – kira separuh dari radiasi matahari, membuat peta dua buah perubahan energi primer di dalam dua fotosintesis yang berlainan ( Wilkins,1969).










BAB III


KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
            Daun yang tidak ditutup dengan Alumunium foil mengalami fotosintesis dengan sempurna karena pengaruh utama dalam proses fotosintesis adalah menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi fotosintesis, dan pada daun yang di tutup sebagian dengan Alumunium Foil warna memudar karena pgmen yang terkandung dalam daun tidak mendapat sinar matahari sehingga warna dari daun menjadi dua. Tanaman berhijau daun menangkap energi sinar matahari dan mengubah menjadi energi kimia melalui proses yang di kenal sebagai fotosintesis, dan fotosintesis tergantung pada dua faktor faktor luar terdiri dari hara, mineral, air, CO2, suhu, dan energi, sedangkan faktor dari dalam terdiri dari pigmen, email, tingkat organisme.

3.2 Saran
            Sebaiknya kita mencari daun gamal yang masih muda sehingga klorofil dapat terlarut dengan sempurna dan mudah terlarut saat di rebus dengan Alkohol, untuk alkohol yang di rebus sebaiknya Alkohol tidak terlalu sedikit agar saat daun di rebus di Alkohol tidak menjadi kaku.



DAFTAR PUSTAKA


Pradhan, S. 2001. Plant Physiology. Har-anand Publication Pvt. Ltd., New delhi.
Dwidjoseputro,D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Wilkins, M.B., 1969. Fisiologi Tanaman 1. Jakarta. Bumi Aksra.













BAB I
MATERI DAN METODE
Praktikum Biologi dengan materi Anatomi Merpati dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Oktober 2012 pukul 09.00-11.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
1.1.      Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah burung merpati sebagai objek penelitian, gunting bedah dan pisau bedah sebagai peralatan bedah, baki bedah sebagai alas dalam pembedahan, kapas digunakan untuk membersihkan darah dan membius burng, dan alat tulis. Tujuan pemberian kloroform adalah untuk membius burung merpati agar dapar diamati organ bagian dalam seperti saluran pernafasan, saluran perncernaan, dan lain-lain.


1.2.      Metode
Metode praktikum dilakukan dengan cara membius burung merpati menggunakan kloroform, kemudian tunggulah burung merpati tersebut hingga pingsan, lalu sayatlah bagian bawah merpati menggunakan pisau bedah. Bersihkan bulu yang ada di badan merpati, amatilah organ bagian dalam seperti saluran pernafasan, saluran perncernaan dan lain-lain. Kemudian catat serta gambarlah hasil praktikum tersebut.











BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.2.  Anatomi Merpati
              Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Anatomi Merpati diperoleh hasil sebagai berikut :

1
 
4
 
3
 
2
 
Foto0835.jpg


Keterangan:
1.      Kepala
2.      Sayap
3.      Kaki
4.      Badan
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 16. Gambar Burung Merpati Dalam Kondisi Dibius



1
 
3
 
2
 
Foto0835.jpg


Keterangan:
1.      Organ Dalam Merpati
2.      Sayap
3.      Tulang Rusuk
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 17. Gambar Burung Merpati ketika dilakukan pembedahan
            Sesuai gambar diatas perlakuan pertama yang dilakukan adalah perlakuan pembiusan yang dilanjutkan dengan pencabutan bulu-bulu yang berada pada tubuh atau lebih tepatnya pada bagian rusuk burung merpati. Dalam percobaan kali ini tidak diberikan perlakuan penyembelihan karena bila diberi perlakuan penyembelihan seluruh organ dalam merpati akan berubah warna dan organ dalam anatomi merpati akan dikotori oleh darah dari burung merpati tersebut. Hal itulah yang menyebabkan praktikan dalam praktikum kali ini tidak melakukan perlakuan tersebut.




2.2.  Sistem Pernafasan Pada Anatomi Merpati
              Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Anatomi Merpati diperoleh hasil sebagai berikut :
1
 
2
 
Foto0835.jpg






Keterangan:
1.      Trakea
2.      Paru-paru
3.      Kantung Udara
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 18. Gambar Sistem Pernafasan pada Burung Merpati
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut saat pembedahan pada burung merpati yang terlihat adalah sistem pernapasan pada sistem pernapasan burung merpati, di dalam pernapasan burung merpati terdapat susunan atau urutan pernapasan sebagai berikut : burung menghirup udara melalui hidung atau nares yang terdapat pada atas paruh yrng terdiri dari dua lubang kecil kemudian  udara masuk kedalam laring.
Kemudian di dalam tenggorokan kemudian udara masuk di dua cabang yang di sebut dengan Bronkus dan Bronkeolus disana terdapat pulmanum dan pleura yang biasa di sebut dengan selaput paru-paru. Sistem respirasi pada burung merpati terdiri atas trakhea yang melanjut sebagai dua buah bronchi pada syrinx(alat suara). Paru-paru dilengkapi dengan kantung-kantung udara(ada sembulan buah, empat perpasangan dan satu median). Fase aktif respirasi itu adalah ekspirasi dan fase inspirasinya yaitu inhalasi (Brotowidjoyo,1993). Mekanisme pernapasan pada burung ada dua yaitu pernapasan waktu istirahat dan waktu terbang. Fase istirahat dilakukan oleh past sternalis costae dan past vertabralis costae, keduanya dihubungkan oleh suatu persendian sehingga dapat digerakkan. Pernapasan pada waktu istirahat terjadi dalam dua fase yaitu fase inspiratiodan fase exparatio. Fase tersebut yang sangat berfungsi adalah saccus interclavi cularis dan saccus axillaries. Apabila sayap diturunkan saccus axillaris terjepit sehingga saccus interclavicularis menjadi longgar dan sebaliknya (Radiopoetro, 1977).



2.3 Sistem Pencernaan Pada Anatomi Merpati
              Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum Anatomi Merpati diperoleh hasil sebagai berikut :
10
 
8
 
1
 
9
 
7
 
6
 
4
 
5
 
3
 
2
 
Foto0835.jpg



Keterangan:
1.      Tembolok
2.      Jantung
3.      Paru-Paru
4.      Hati
5.      Pangkreas
6.      Jejenum
7.      Duodenum
8.      Illeum
9.      Usus besar
10.  Kloaka
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 19. Gambar Sistem Pencernaan pada Burung Merpati

            Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut pencernaan pada burung merpati terdapat dan menemukan pula sistem pencernaan pada burung merpati, pada pencernaan burung merpati juga terdapat susunan atau urutan-urutan dari pencernakan burung merpati urutan tersebut tersusun sebagai berikut  merpati memiliki lidah yang terdapat di dalam paruh dari merpati tersebut makanan akan diberi air liur yang terdapat dalam lidah kemudian makan akan masuk kedalam oesophagus dari situ makanan akan masuk melewati tembolok dan kejantung, hati, lambung, empedu dan ditampung di dalam gizard dari situ makanan akan masuk kedalam duedenum diantara duedenum terdapat pangreas, kemudian makanan diolah di masuk kejejunum, usus halus, rektum, dan melewati cadangan makanan yang dsebut dengan saka, kemudian makanan masuk kedalam usus besar dan keluar melalui kloaka dapat di sebut dengan anus. Sistem pencernakan pada burung terdiri dari lidah oesophagus, tembolok, lambung, intestine, caeculum, hati, pankreas, jejunum, ileum, rectum dan kloaka. Tembolok hanya terdapat dalam aves. Tembolok ini berfungsi sebagai organ penyimpan makanan karena terdapat kelenjar susu yang disebut pigeon milk (Storee dan usinger, 1961). Sistem pencernakan pada merpati terdiri dari mulut, oesophagus, empedu, usus halus, usus besar, rectum dan kloaka. Truncus digesvus dari merpati terdiri cavumoris, dilanjutkan ke faring yang pendek, kemudian oesophagus yang panjang dan terjadi perluasan disebut crop. Yaitu tempat sementara, dari lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi atas bagian yang halus dan terakhir adalah rectum dan kloaka (Jasin, 1989).





BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut sistem pernapasan burung merpati dimulai ketika udara dihasilkan kedalam sepasang ronga hidung atau nares. Urutan sistem pernapasan pada merpati hidung atau nares, laring, tenggorokan, bronkus, bronkeolus, pulmanum, pleura (selaput paru-paru). sistem pencernakan burung merpati mempunyai urutan lidah atau paruh, oesophagus, Tembolok, Jantung, Hati, empedu, gizad, pangreas, duedenum, jejunum, usus halus, rektum, saka, usus besar, kloaka.

3.2    Saran
Saran yang dapat kami berikan kepada praktikan-praktikan berikutnya adalah dalam mencari objek penelitian atau burung merpati, sebaiknya carilah burung merpati yang tidak gemuk atau kurus agar tidak menyita waktu yang berlebihan seperti kelompok kami. Pelaksanaan praktikum yang terstruktur sudah cukup mempermudah mahasiswa, akan tetapi lebih bisa efisien jika waktu dan bahan praktikum (burung merpati) sudah dipersiapkan terlebih dahulu.





DAFTAR PUSTAKA
http://andre4088.blogspot.com/2012/04/sistem-respirasi-merpati.html
Jasin,M.1987.Zoologi Vetebrata.Sinarr Wijaya,Surabaya
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata . Sinar Wijaya, Surabaya.






 

























BAB I
MATERI DAN METODE
Praktikum Biologi dengan materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman kacang tanah ( Arachis hipogeae ) dan jagung ( Zea mays ) yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 05 November 2012 pukul 09.00-11.00 WIB  di ruang D.201 kampus Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro Semarang.

3.2.    Materi
Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan menggunakan alat yaitu gelas aqua bekas sebagai tempat menanam jagung dan kacang tanah, penggaris atau meteran dan jangka sorong  untuk mengukur tinggi tanaman,panjang tanaman, panjang akar, dan diameter batang, serta label untuk menunjukkan umur tanaman tersebut dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Menggunakan bahan yaitu biji kacang tanah dan biji jagung, media tanamnya menggunakan kapas basah sebagai pengganti tanah.

1.2.  Metode
Praktikum Pertumbuhan dan perkembangan menggunakan metode yaitu yang pertama melubangi empat gelas aqua bekas bagian bawahnya agar air dapat bersirkulasi dengan baik, mengisi gelas aqua bekas dengan kapas yang telah dibasahi, minggu pertama menanam 4 biji jagung dan kacang tanah pada gelas aqua bekas I. Minggu kedua menanam 4 biji jagung dan kacang tanah dengan perlakuan yang sama pada gelas aqua bekas II. Minggu ketiga menanam lagi 4 biji jagung dan kacang tanah dengan perlakuan yang sama pula pada gelas aqua bekas III.  Minggu keempat menanam 4 biji jagung dan kacang tanah pada aqua gelas ke IV. Melakukan penyiraman setiap hari pada masing-masing gelas aqua bekas, setelah minggu keempat, bongkar semua tanaman dan bersihkan, kemudian mengamati, mengukur tinggi jagung dan kacang tanah, mengukur diameter tanaman jagung dan kacang tanah, serta menghitung jumlah daun jagung dan kacang tanah, kemudian catat hasil pengamatan.











BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1.  Perkembangan Dan Pertumbuhan Pada Tanaman Jagung
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan  tanaman jagung sebagai berikut:

7
 
8
 
6
 
5
 
3
 
4
 
2
 
1
 


Keterangan:
  1. Batang Tanaman Jagung
  2. Daun Tanaman Jagung
  3. Biji Jagung
  4. Akar Tanaman Jagung
  5. Tanaman Jagung Umur 4 minggu
  6. Tanaman Jagung Umur 3 minggu
  7. Tanaman Jagung Umur 2 minggu
  8. Tanaman Jagung Umur 1 minggu
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi 2012
Ilustrasi 20. Tanaman jagung yang ditanam dengan media kapas









 Tabel 1. Hasil Pengamatan Tanaman Jagung

Umur
(minggu)
Tinggi Tanaman
Panjang Tanaman
          cm
Diameter Batang

Panjang Akar

Jumlah Daun
(helai)
1
12,5
16
0,23
3,5
2
2
23
30
0,22
7
4
3
24
34
0,21
10
4
4
25,5
44,5
0,2
19
5
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi 2012

                Sumber : Data Primer Praktikum Biologi 2012

Grafik 1. Pengukuran tanaman jagung
Ilustrasi 21. Berdasarkan hasil pengamatan dari jumlah daun, panjang dan
Grafik Pengamatan Tanaman Jagung
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanaman jagung, ternyata tanaman jagung pada tiap minggunya mengalami pertumbuhan. Hal ini bias dilihat melalui jumlah daun, tinggi tanaman, diameter batang, dan panjang akar yang terus bertambah pada tiap minggunya. Hal ini sesuai pendapat Istamar (2000) bahwa pertumbuhan merupakan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversibel yaitu, tidak dapat kembali kebentuk semula. Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan subtansi sebagai hasil sintesis di dalam sel dan karena adanya pembelahan sel yang menyebabkan jumlah sel bertambah
2.2.  Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tanaman Kacang Tanah
            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui pertumbuhan dan perkembangan  tanaman jagung sebagai berikut:

5
 
7
 
6
 
8
 
3
 
4
 
1
 
2
 

Keterangan:
  1. Batang Kacang Tanah
  2. Daun Kacang Tanah
  3. Kacang Tanah
  4. Akar Kacang Tanah
  5. Kacang Tanah Umur 4 minggu
  6. Kacang Tanah Umur 3 minggu
  7. Kacang Tanah Umur 2 minggu
  8. Kacang Tanah Umur 1 minggu
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi 2012
Ilustrasi 22. Tanaman kacang tanah yang ditanam dengan media kapas









Tabel 2. Hasil Pengamatan Tanaman Kacang Tanah          

Umur  (minggu)
Tinggi Tanaman
 
Panjang Tanaman

          cm

Diameter Batang


Panjang Akar



Jumlah Daun
(helai)

1
17,5
19,5
0,18
4,5
16
2
18
20,5
0,2
4
16
3
18,5
23
0,23
2,5
20
4
20,5

25

0,25
2

20






Sumber: Data Primer Praktikum Biologi 2012

                Sumber : Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Grafik 1. Pengukuran tanaman jagung
Ilustrasi 23. Grafik Pengukuran tanaman kacang tanah

            Berdasarkan hasil pengamatan dari jumlah daun, panjang dan tinggi tanaman, panjang akar dan diameter batang, tanaman kacang tanah mengalami pertumbuhan dari minggu ke minggu. Hal ini dapat dilihat dari grafik pertumbuhan dan perkembangan kacang tanah yang terus meningkat setiap minggunya. Pertumbhan ini dipengaruhi oleh nutrient air dan cahaya. Hal ini sesuai dengan pendapat amien (1994) bahwa nutrient, air dan cahaya matahari merupakan factor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Haryadi (1979) bahwa cahaya juga penting dengan adanya cahaya tanaman bias melakukan fotosintesis yang menghasilkan makanan untuk tumbuhan itu sendiri dan oksigen untuk organism. Tanaman juga memerlukan air dan zat hara untuk pertumbuhan dan perkembangan. Karena tanpa air dan zat hara yang cukup maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman jadi tidak sempurna.











BAB III



KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan

            Pertumbuhan adalah proses pertambahan volume dan jumlah sel yang menyebabkan bertambah besarnya ukuran organisme. Perkembangan adalah proses menuju keadaan yang lebih dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang saing berhubungan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah dan jagung dari minggu terus meningkat atau terjadi kemajuan yang dilihat dari beberapa segi seperti tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tersebut terdapat dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar dipengaruhi oleh nutrisi, air, suhu dan cahaya. Sedangkan faktor dari dalam tubuh organism dipengaruhi oleh hormon dan gen.



3.2  Saran

            Proses penanaman dan perawatan harus diperhatikan. Penanaman kacang tanah dan jagung harus selalu dijaga kelembapannya dan jangan terlalu banyak terkena cahaya.


















DAFTAR PUSTAKA


Amin.  1994.  Fisiologi Hewan daan Tumbuhan.  Karunika.  Jakarta.
Haryadi, Sri Setiadi. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia : Jakarta
Syamsuri, Istamar. 2000. Biologi 2000. Jakarta: Erlangga

.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar