BAB
I
MATERI
DAN METODE
Praktikum Biologi
dengan materi Pengenalan Sel dilaksanakan pada hari Senin, 01 Oktober 2012 pukul 09.00 -11.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia
Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.
1.1. Materi
Alat yang
digunakan dalam praktikum Pengenalan Sel adalah mikroskop berfungsi untuk
melihat benda mikroskopis, kaca objek dan kaca penutup berfungsi untuk
meletakkan benda yang akan diamati, silet berfungsi untuk membuat sayatan dan
alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Bahan yang digunakan adalah daun Rhoe discolor dan preparat awetan sel
usus halus tikus putih.
1.2. Metode
Metode pada praktikum ini yang pertama adalah melakukan
penyayatan pada tanaman Rhoe discolor dengan
menggunakan silet dengan tipis, kemudian hasil sayatan tersebut letakkan pada kaca objek yang sudah ditetesi air
kemudian menutupnya dengan kaca penutup dan mengusahakan tidak ada gelembung
udara, mengamati sayatan tersebut dengan mikroskop dengan perbesaran 40x dan
100x, setelah itu menggambar bagian sel dalam buku pengamatan dan menjelaskan
bagian-bagianya. Metode yang dilakukan dalam praktikum Pengenalan Sel mengenai
preparat awetan hewan ialah mengamati preparat tersebut dengan mikroskop pada
perbesaran 40x dan 100x, setelah itu menggambar bagian sel pada buku pengamatan
dan menjelaskan bagian-bagian
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.1. Struktur
Sel Rhoe discolor
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum
Pengenalan sel diperoleh hasil sebagai berikut :
Perbesaran 40x :
Keterangan :
1.
Nukleus
2.
Stomata
3.
Dinding sel
|
Perbesaran 100x :
|
Sumber: Data Prikum Praktikum Biologi,
2012
Ilustrasi 1. Penampang
sel Rhoe discolorperbesaran 40x dan
100x
PengamatanseltanamanRhoe discolorditemukandinding sel, membransel, stomata, sitoplasma, dan kloroplas. Hal
ini sesuai dengan pendapat Heddy (1990) yang menyatakan bahwa dinding
sel pada umumnya dianggap sebagai sekresi protoplas dan diletakan pada
permukaanya, sehingga merupakan lapisan atau selaput yang tidak hidup, namun
demikian ada bagian dari dinding sel yakni lamela tengah yang mengandung
bahan-bahan hidup protoplas masih aktif. Hal ini ditambahkan oleh Sumadi
(2007) yang menyatakan bahwa struktur sel tidak teratur Dan tersusunatas
membrane sel, plamasel, intisel, dindingseldan stomata. Dinding sel tanaman Rhoe discolor
tidak teratur, bagian ini mempunyai fungsi membungkus atau melindungi
organel-organel yang ada didalamnya. Hal ini diperkuat oleh Campbell (2009)
yang menyatakan bagian lainya yang dapat terlihat stomata yang berfungsi
sebagai pertukaran gas. Kloroplas yang mempunyai fungsi untk berfotosintesis,
kloroplas ini dibatasi oleh membran ganda yang didalamnya terdapat sistem luas
membran interval yang yang terbenam dalam matriks luida yang disebut stoma.
Organel selanjutnya yaitu sitoplasma, istilah secara tradisional
digunakan untuk memberikan segala
sesuatu di dalam sel kecuali nukleus, dalam sitoplasma yang menggunakan
mikkrosop elektron menyingkap pola-pola luas bagi membran dan komparteman yang
dibatasi membran didalam sitoplasma. Sistem yang dibatasi dengan jelas disebut
organel.
2.2. Struktur Sel Preparat Usus Tikus
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan sel diperoleh hasil sebagai
berikut :
Perbesaran
40x
Keterangan:
1. Mitokondria
2. Inti sel
3. Sitoplasma
4. Retikulum Endoplasma
5. Badan Golgi
6. Membran sel
|
Perbesaran
100x
|
Sumber: Data Prikum Praktikum Biologi,
2012
Ilustrasi 2. Sel Usus Tikus Putih Perbesaran
40x dan 100x
Sel-sel pada hewan yang dapat terlihat saat
pengamatan yaitu inti sel, Retikulum Endoplasma, dan membran sel. Hal ini
sesuai dengan pendapat Kimball (1998) yang menyatakan membran ini
berfungsi sebagai interfase antara mesin-mesin dibagian dalam sel dan fluida
cair yang membasai semua sel. Membran plasma demikian tipisnya sehingga hanya
dapat divisualisasi dengan pembesaran tinggi yang dapat dicapai dengan
mikroskop elektron.Ditambahkan oleh Sumadi (2007) yang menyatakan bahwa organel
yang terdapatpada sel hewan adalah inti sel, membran sel, retikulum
endoplasman, dan isly. Ditambahkan oleh Campbell (2009) yang menyatakan
Retikulum endoplasma yaitu sistem sangat luas membran di dalam sel,
membran-menbran itu mempunyai struktur lipid-protein yang sama dengan yang ada
pada membran lain sel tersebut. Retikulm endoplasma (RE) dibedakan menjadi
retikulum endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus. Membran plasma yaitu
pembatas luar.
3.3. Perbedaan
Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat sel hewan dan sel tumbuhan termasuk sel
eukariotik yang memiliki selaput inti, namun secara umum sel hewan dan sel
tumbuhan tidak memiliki perbedaan yang mendasar, hanya saja perbedaan pada
bagian struktur atau organ-organ tertentu. Sel tumbuhan memiliki dinding sel,
membran sel, inti sel, sitoplasma, kutikula, dan epidermis. Sel hewan memiliki
vakuola, retikulum endoplasma dan membran sel. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan Kimball (1998) yang menyatakan sel tumbuhan memeiliki dinding sel,
tidak memiliki sentriol, mempunyai plastisa dan ukuran vakuola relatif besar.
Hal ini didukung oleh Sumadi (2000) bahwa sel hewan dan sel tumbuhan memiliki
perbedaan pada organ tertentu. Sel tumbuhan memiliki membran sel, sitoplasma, retikulum
endoplasma, inti sel (nukleus), mitokondria, ribosom, plastida dan vakuola.
Perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan terletak pada sentriol, sentrosom, lisosom
dan flagel/silia.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Hasil praktikum mengenai
Pengenalan Sel dapat diketahui bahwa sel merupakan bagian terkecil dari makhluk
hidup. Pengamatan sel tumbuhan pada Rhoe
discolor, tampak bagian-bagian sel yaitu dinding sel yang berfungsi
melindungi dan menguatkan sel. Inti sel atau nukleus yang berfungsi mengatur
seluruh aktifitas sel. Sitoplasma merupakan cairan yang berada didalam sel, dan
tampak juga vakuola yang merupakan organel sel berupa kantong-kantong
bermembran besar didalam sel. Perbedaan sel hewan dengan sel tumbuhan adalah
pada sel hewan terdapat membran sel, dan inti sel, sedangkan pada sel tumbuhan
terdapat dinding sel, membran sel, sitoplasma, sel penjaga dan stomata.
3.2. Saran
Berhati-hati saat
menyayat daun Rhoe discolor, jangan
sampai tangan anda terkena silet. Mengusahakan agar sayatannya bisa setipis
mungkin agar dapat mudah diamati dalam mikroskop. Jadi saat penyayatan
dilakukan sebaiknya tanaman Rhoe discolor
dilingkarkan di atas jari sehingga tidak melukai jari saat penyayatan
dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bury,
T. dan Ross, S. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Campbell,
R. 2009. Biologi Edisi Lima Jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Kimball,
J. 1998. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Kleimsmith,
L. 1998. Principles of Cell Biology. Harper and Row Publisher, New York.
Lewis,
G. et al. 2001. Life Fifth Edition. Mc Graw Hill Education, Boston.
Prihastanti,
E. et al. 2003. Anatomi Tumbuhan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Sumadi.
2007. Biologi Sel. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Yuwono.
2005. Biologi. Erlangga, Jakarta.
BAB
I
MATERI
DAN METODE
Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Jaringan Tumbuhan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 01
Oktober 2012, pukul 09.00-11.00 WIB, di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.
1.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum dengan materi jaringan tumbuhan antara
lain silet untuk menyayat batang tumbuhan. Kaca objek dan kaca penutup sebagai
wadah meletakkan objek yang akan diamati. Mikroskop untuk bagian dari jaringan
tumbuhan yang telah disayat untuk diamati, serta alat tulis untuk menggambarkan
hasil pengamatan.Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah akar dan batang
jagung (Zea mays) sebagai tumbuhan
monokotil yang akan diamati. Akar dan batang kacang tanah (Arachis hipogaea) sebagai tumbuhan dikotil yang akan diamati.
1.2. Metode
Praktikum ini perlu pertama kali mengamati bentuk akar
tanaman maupun batang dari bahan tanaman jagung (zea mays) dan kacang tanah (Arachis hipogea). Buat sayatan melintang dengan menggunakan silet dari batang muda jagung dan
kacang tanah. Letakkan
sayatan pada kaca objek yang sudah bersih yang telah ditetesi air, tutup dengan
kaca penutup. Usahakan jangan ada gelembung udara di dalamnya. Amatilah preparat
di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x dan 100x. Setelah itu gambarkan dan jelaskan bagian-bagiannya.
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil Pengamatan Tanaman Jagung
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan jaringan diperoleh hasil sebagai
berikut :
Perbesaran 40x :
Keterangan:
1. Epidermis
2. Xylem
3. Floem
4. Parenkim
|
Perbesaran 100x :
|
Sumber:
Data Prikum Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 3.
Penampang Melintang Batang Jagung 40x dan 100x
Perbesaran 40x
Keterangan:
1. Epidermis
2. Xylem
3. Floem
4. Parenkim
|
Perbesaran
100x
|
Sumber: Data Prikum Praktikum
Biologi, 2012
Ilustrasi
4.
Penampang Melintang Akar Jagung 40x dan 100x
Berdasarkan hasil praktikum biologi
diperoleh hasil bahwa jaringan monokotil terdiri dari, floem, xilem, epidermis
dan endodermis pada batang, sedangkan pada akar tidak ditemukan adanya
endodermis. Xilem dan floem yang merupakan jaringan pengangkut, korteks yang
merupakan parenkim dan epidermis yang merupakan jaringan pelindung. Hal ini
sesuai dengan pendapat Campbell (2009) yang menyatakan bahwa jaringan epidermis
berfungsi melindungi bagian dalam tumbuhan sehingga jaringan epidermis disebut
jaringan pelindung. Ditambahkan oleh pendapat
Tjitrosoepomo (2007) bahwa dikotil merupakan
akar tunggang, System akar tunggang yaitu jika akar lemnaga tumbuh
terus-menerus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang
lebih kecil.
2.2. Hasil Pengamatan
Tanaman Kacang Tanah
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada praktikum Pengenalan jaringan diperoleh hasil
sebagai berikut :
Perbesaran 40x
Keterangan:
1. Epidermis
2. Korteks
3. Kambium
4. Floem
5. Xylem
|
Perbesaran
100x
|
Sumber: Data Prikum Praktikum Biologi,
2012
Ilustrasi 5.
Penampang Melintang Akar Kacang Tanah 40x dan 100x
Berdasarkan
hasil pengamatan praktikum Biologi dengan materi Mengenal Jaringan Tumbuhan
ditemukan beberapa organ tumbuhan yang membentuk jaringan. Xylem dan floem yang
merupakan jaringan pengangkut, korteks yang merupakan jaringan parenkim dan
epidermis yng merupakan jaringan pelondung. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball (1998) jaringan penguat melaksanakan
fungsi transport yang terdiri dari xylem dan floem. Ditambahkan oleh Prihastanti (2003) yang menyatakan
bahwa jaringan epidermis berfungsi melindungi bagian dalam tumbuhan sehingga
jaringan epidermis disebut jaringan pelindung. Berdasarkan hasil pengamatan
tumbuhan kacang sama-sama tersususn atas
xylem, floem, koeteks dan epidermis. Tumbuhan kacang memiliki pembuluhyang
teratur susunannya. Didukung oleh Campbell (2009) yang menyatakan bahwa
tumbuhan dikotil merupakan tumbuhan berkeping dua yang memiliki dua kotiledon,
susunan tulang daunnya seperti jari, berkas vaskuler umumnya tersusun dalam
bentuk lingkaran.
2.3. Perbedaan
Dikotil dan Monokotil
Perbedaan antara
tanaman dikotil dan monokotil terletak pada akarnya yaitu monokotil berakar
serabut dan dikotil berakar tunggang. Selain itu perbedaannya juga terletak pada
daunnya yaitu monokotil menyirip sedangkan dikotil menjari. Juga terletak pada
batangnya, monokotil tidak berkambium, tetapi dikotil memiliki kambium dalam
batangnya.Tumbuhan monokotil dan dikotil termasuk subdivisi angiospermae.
Tumbuhan monokotil memiliki kotiledon setiap biji satu buah, akarnya serabut,
tidak berkambium, susunan tulang daunya sejajar atau melengkung dan bagian
bunga umumnya tiga atau kelipatannya. Tumbuhan dikotil memiliki setip biji dua
buah kotiledon, akarnya tunggang, berkambium, daunnya menyirip atau menjari dan
bagian bunga umumnya empat atau kelipatannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Heddy (1990) bahwa tumbuhan monokotil memilki akar serabut, memilki satu buah
kotiledon pada setiap biji, akar dan batang tidak berkambium, susunan tulang
daun sejajar jumlah bunga tiga atau kelipatannya serta memilki kaliptrogen.
Tumbuhan dikotil mempunyai dua lembaga dan akar lembaganya kemudian menjadi
akar tunggang yang bercabang menjadi sistem akar tunggang serta batangnya
memiliki kambium untuk pertumbuhan menebal sekunder. Hal ini ditambahkan
olehSutrian (2004) bahwa tumbuhan monokotil dan dikotil tergolong subdivisio
angiospermae. Angiospermae memilki ciri-ciri daun berbentuk pipih, lebar,
dengan susunan tulang yang beraneka ragam, bakal bijitidak terlihat, pembuahan
merupakan fertilisasi ganda dan selang waktu antara peyerbukan dengan pembuahan
relatif pendek.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
perbedaan antara tumbuhan monokotil dan dikotil, yaitu tumbuhan dikotil berakar
tunggang, sedangka tumbuhan monokotil
berakar serabut. Berkas pembuluh pada tanaman monokotil tersebar sedangkan
pada dikotil teratur. Floem dan
xylem tumbuhan dikotil teratur sedangkan pada monokotil tidak teratur. Floem
berfungsi sebagai alat transport untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun
keseluruh tumbuhan. Xylem berfungsi sebagai pengangkut air dan garam-garam
mineral dari tanah ke daun. Batang tumbuhan dikotil berkambium dan bercabang
sedangkan batang tumbuhan monokotil tidak.
3.2. Saran
Berdasarkan praktikan yang kami lakukan kami menyarankan kepada
para praktikan lainnya agar lebih cerdas memahami hasil dalam mikroskop Dan
penuangan hasil dalam gambar. Karena wujud yang muncul dalam mikroskop
membingungkan ketika akan dituangkan dalam gambar.
DAFTAR
PUSTAKA
Alberts,
Johnson, Lewis, Raff, Roberts, Peter.
2008. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Bury, T. dan
Ross, S. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Campbell, R. 2009. Biologi Edisi Lima Jilid 3.
Erlangga, Jakarta.
Heddy,
S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press: Jakarta.
Kimball,
J. 1998. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Prihastanti,
2003. Anatomi Tumbuhan. Universitas Diponegoro, Semarang.
Salisbury, J.W. dan
Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB, Bandung.
Sutrian,
Yayan. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. PT. Rineka Cipta:
Jakarta
Tjitro
Soepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press:
Yogyakarta.
BAB I
MATERI
DAN METODE
Praktikum biologi dengan
materi Fotosintesis dilaksanakan pada hari senin 08 Oktober 2012 pukul 09.00-11.00
WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia
Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
1.1. Materi
Alat yang digunakan dalam
praktikum Fotosintesis adalah alumunium foil untuk menutup sebagian daun
gamal, penjepit kertas atau isolasi untuk menjepit alumunium foil pada daun
gamal, kaki tiga sebagai penyokong beker glass saat merebus daun gamal, beker
glass untuk wadah daun saat direbus dengan alcohol, wadah spirtus (bunsen),
cawan petri untuk wadah daun gamal, pinset untuk mengambil daun gamal dari
beker glass, pipet untuk meneteskan JKJ dan alat tulis. Bahan-bahan yang
digunakan adalah beberapa daun gamal yang ditutupi alumunium foil dan daun
gamal yang tidak ditutupi, alcohol dan JKJ.
1.2. Metode
Metode praktikum adalah dengan cara menutup sebagian daun
gamal dengan cara menempelkan alumunium foil di kedua sisinya dan menjepit
dengan penjepit kertas dua hari sebelum praktikum. Memasukkan daun gamal
kedalam alcohol yang mendidih untuk melarutkan zat klorofilnya hingga berwarna
hijau transparan. Mengambil daun gamal yang telah direbus dengan alcohol
kemudian meletakkannya didalam cawan petri untuk kemudian menetesi dengan
larutan JKJ sampai merata keseluruh permukaan daun dan memperhatikan perubahan
warna yang terjadi.
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.1.
Daun
Gamal yang Ditutupi Aluminium Foil
Berdasarkan hasil
praktikum yang dilaksanakan dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :
Keterangan :
1. Daun gamal
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 6. Gambar daun
gamal sebelum ditutupi aluminium foil
Keterangan : 1.
Daun gamal
2. Aluminium foil
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 7.
Gambar daun gamal saat ditutupi aluminium foil
Keterangan
: 1. Daun gamal
2. Bekker Glass
3. Alkohol
4. Kawat kain kasa
5. Kaki tiga
6. Bunsen
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 8. Gambar daun gamal saat dipanaskan dalam larutan
alkohol
Keterangan
: 1. Daun gamal
2.
Pipet tetes
3. Larutan JKJ
4. Cawan petri
|
Sumber : Data Primer Praktikum 2012
Ilustrasi 9. Gambar daun
gamal setelah dipanaskan dan saat ditetesi larutan JKJ
Keterangan: 1. Daun gamal
2. Cawan petri
|
Sumber : Data Primer Praktikum
Biologi, 2012
Ilustrasi 10. Gambar daun gamal setelah
ditetesi larutan JKJ
Berdasarkan
hasil praktikum didapatkan hasil sebagai berikut Daun yang tidak di tutup
Alumunium foil setelah mendapatkan hasil fotosintesis yang sempurna karena
tidak di halangi oleh suatu benda yang dapat menghambat fotosintesis, jadi saat
mengalami fotosintesis daun terlihat sangat sempurna, dan saat daun di rebus
untuk melarutkan klorofil kemudian ditetesi JKJ (Jodium Kalium Jodida) warna
daun berubah menjadi coklat kehitaman keselurha, materi- nateri kasar digunakan
oleh tanaman dalam membangun makan organik, seperti karbohidrat, glukosa,
fruktosa dalam bentuk air dan karbon dioksida. Pertambahan dari keuntungan
fotosintesis dan pertukaran CO2 seimbang (Pradhan, 2001), peristiwa ini hanya
akan berlangsung jika ada klorofil dan ada cukup cahaya (Dwidjoseputro, 1994).
2.2
Daun
Gamal Tanpa Aluminium Foil
Berdasarkan
hasil praktikum yang dilaksanakan dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :
Keterangan : 1. Daun gamal
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi
11. Gambar daun gamal sebelum dipanaskan dalam larutan
alkohol
Keterangan : 1. Daun gamal
2. Bekker glass
3. Alkohol
4. Kawat kain kasa
5. Kaki tiga
6. Bunsen
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 12. Gambar daun
gamal saat dipanaskan dalam larutan alkohol
Keterangan : 1. Daun gamal
2. Cawan
petri
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi
13. Gambar daun gamal setelah dipanaskan dan sebelum
ditetesi larutan JKJ
Keterangan : 1. Daun gamal
2. Pipet tetes
3. Larutan JKJ
4. Cawan petri
|
Sumber :
Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 14. Gambar daun
gamal saat ditetesi larutan JKJ
Keterangan : 1. Daun gamal
2. Cawan petri
|
Sumber :
Data Primer Praktikum Biologi, 2012
Ilustrasi 15. Gambar daun gamal setelah
ditetesi larutan JKJ
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut Daun
yang ditutup dengan Alumunium Foil terlihat pucat pada bagian yang di tutup,
warna terlihat pudar tidak seperti bagian daun yang tidak di tutup oleh
Alumunium Foil bagian yang di tutup dengan Alumunium Foil mengalamu
fotosintesis yang tidak sempurna
sehingga warna klorofil memudar pada bagian yang ditutup, ketika di panaskan
untuk melarutkan klorofil warna daun pudar dan tidak sempurna seperti daun yang
tidak di tutup oleh Alumunium Foil, daun memutih tetapi pada bagian yang di
tutup oleh Alumunium Foil terlihat transparan, kemudian saat di tetesi dengan
JKJ (Jodium Kalium Jodida) warna berubah menjadi coklat khitaman tetapi pada
bagian yang ditutup dengan Alumunium Foil terlihat jelas begitu transparan,
fotosintesis yang terjadi dalam evolusi O2 yang digunakan cahaya dari air dan
penyimpanan tenaga reduksi yang dihasilkan dalam berbagai komponen karbon yang
membentuk jasat hidup, klorofil a dan pigmen–pigmen pelengkap, yang menyerap
kira – kira separuh dari radiasi matahari, membuat peta dua buah perubahan
energi primer di dalam dua fotosintesis yang berlainan ( Wilkins,1969).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Daun yang tidak ditutup dengan
Alumunium foil mengalami fotosintesis dengan sempurna karena pengaruh utama
dalam proses fotosintesis adalah menggunakan cahaya matahari sebagai sumber
energi fotosintesis, dan pada daun yang di tutup sebagian dengan Alumunium Foil
warna memudar karena pgmen yang terkandung dalam daun tidak mendapat sinar
matahari sehingga warna dari daun menjadi dua. Tanaman berhijau daun menangkap
energi sinar matahari dan mengubah menjadi energi kimia melalui proses yang di
kenal sebagai fotosintesis, dan fotosintesis tergantung pada dua faktor faktor
luar terdiri dari hara, mineral, air, CO2, suhu, dan energi, sedangkan faktor
dari dalam terdiri dari pigmen, email, tingkat organisme.
3.2
Saran
Sebaiknya kita
mencari daun gamal yang masih muda sehingga klorofil dapat terlarut dengan
sempurna dan mudah terlarut saat di rebus dengan Alkohol, untuk alkohol yang di
rebus sebaiknya Alkohol tidak terlalu sedikit agar saat daun di rebus di
Alkohol tidak menjadi kaku.
DAFTAR PUSTAKA
Pradhan,
S. 2001. Plant Physiology. Har-anand Publication Pvt. Ltd., New delhi.
Dwidjoseputro,D.
1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Wilkins, M.B., 1969. Fisiologi
Tanaman 1. Jakarta. Bumi Aksra.
BAB
I
MATERI
DAN METODE
Praktikum Biologi dengan materi Anatomi
Merpati dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Oktober 2012 pukul 09.00-11.00 WIB
di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang.
1.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum
adalah burung merpati sebagai objek penelitian, gunting bedah dan pisau bedah
sebagai peralatan bedah, baki bedah sebagai alas dalam pembedahan, kapas
digunakan untuk membersihkan darah dan membius burng, dan alat tulis. Tujuan
pemberian kloroform adalah untuk membius burung merpati agar dapar diamati
organ bagian dalam seperti saluran pernafasan, saluran perncernaan, dan
lain-lain.
1.2. Metode
Metode praktikum
dilakukan dengan cara membius burung merpati menggunakan kloroform, kemudian
tunggulah burung merpati tersebut hingga pingsan, lalu sayatlah bagian bawah
merpati menggunakan pisau bedah. Bersihkan bulu yang ada di badan merpati,
amatilah organ bagian dalam seperti saluran pernafasan, saluran perncernaan dan
lain-lain. Kemudian catat serta gambarlah hasil praktikum tersebut.
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.2. Anatomi Merpati
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada praktikum Anatomi Merpati diperoleh hasil sebagai berikut :
|
Keterangan:
1. Kepala
2. Sayap
3. Kaki
4. Badan
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi
16.
Gambar Burung Merpati Dalam
Kondisi Dibius
|
Keterangan:
1. Organ
Dalam Merpati
2. Sayap
3. Tulang
Rusuk
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 17. Gambar Burung Merpati ketika dilakukan pembedahan
Sesuai gambar diatas perlakuan
pertama yang dilakukan adalah perlakuan pembiusan yang dilanjutkan dengan
pencabutan bulu-bulu yang berada pada tubuh atau lebih tepatnya pada bagian
rusuk burung merpati. Dalam percobaan kali ini tidak diberikan perlakuan
penyembelihan karena bila diberi perlakuan penyembelihan seluruh organ dalam
merpati akan berubah warna dan organ dalam anatomi merpati akan dikotori oleh
darah dari burung merpati tersebut. Hal itulah yang menyebabkan praktikan dalam
praktikum kali ini tidak melakukan perlakuan tersebut.
2.2. Sistem Pernafasan Pada Anatomi Merpati
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada praktikum Anatomi Merpati diperoleh hasil sebagai berikut :
|
Keterangan:
1.
Trakea
2.
Paru-paru
3.
Kantung Udara
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 18. Gambar Sistem Pernafasan pada Burung Merpati
Berdasarkan hasil praktikum
diperoleh hasil sebagai berikut saat pembedahan pada burung merpati yang
terlihat adalah sistem pernapasan pada sistem pernapasan burung merpati, di
dalam pernapasan burung merpati terdapat susunan atau urutan pernapasan sebagai
berikut : burung menghirup udara melalui hidung atau nares yang terdapat pada
atas paruh yrng terdiri dari dua lubang kecil kemudian udara masuk kedalam laring.
Kemudian di dalam tenggorokan kemudian udara masuk di dua
cabang yang di sebut dengan Bronkus dan Bronkeolus disana terdapat pulmanum dan
pleura yang biasa di sebut dengan selaput paru-paru. Sistem respirasi pada
burung merpati terdiri atas trakhea yang melanjut sebagai dua buah bronchi pada
syrinx(alat suara). Paru-paru dilengkapi dengan kantung-kantung udara(ada
sembulan buah, empat perpasangan dan satu median). Fase aktif respirasi itu
adalah ekspirasi dan fase inspirasinya yaitu inhalasi (Brotowidjoyo,1993).
Mekanisme pernapasan pada burung ada dua yaitu pernapasan waktu istirahat dan
waktu terbang. Fase istirahat dilakukan oleh past sternalis costae dan past
vertabralis costae, keduanya dihubungkan oleh suatu persendian sehingga dapat
digerakkan. Pernapasan pada waktu istirahat terjadi dalam dua fase yaitu fase
inspiratiodan fase exparatio. Fase tersebut yang sangat berfungsi adalah saccus
interclavi cularis dan saccus axillaries. Apabila sayap diturunkan saccus
axillaris terjepit sehingga saccus interclavicularis menjadi longgar dan
sebaliknya (Radiopoetro, 1977).
2.3 Sistem Pencernaan Pada Anatomi Merpati
Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan pada praktikum Anatomi Merpati diperoleh hasil sebagai berikut :
|
Keterangan:
1.
Tembolok
2.
Jantung
3.
Paru-Paru
4.
Hati
5.
Pangkreas
6.
Jejenum
7.
Duodenum
8.
Illeum
9.
Usus besar
10.
Kloaka
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi, 2012.
Ilustrasi 19. Gambar Sistem Pencernaan pada Burung Merpati
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut pencernaan pada burung merpati
terdapat dan menemukan pula sistem pencernaan pada burung merpati, pada
pencernaan burung merpati juga terdapat susunan atau urutan-urutan dari
pencernakan burung merpati urutan tersebut tersusun sebagai berikut merpati memiliki lidah yang terdapat di dalam
paruh dari merpati tersebut makanan akan diberi air liur yang terdapat dalam
lidah kemudian makan akan masuk kedalam oesophagus dari situ makanan akan masuk
melewati tembolok dan kejantung, hati, lambung, empedu dan ditampung di dalam
gizard dari situ makanan akan masuk kedalam duedenum diantara duedenum terdapat
pangreas, kemudian makanan diolah di masuk kejejunum, usus halus, rektum, dan
melewati cadangan makanan yang dsebut dengan saka, kemudian makanan masuk
kedalam usus besar dan keluar melalui kloaka dapat di sebut dengan anus. Sistem
pencernakan pada burung terdiri dari lidah oesophagus, tembolok, lambung,
intestine, caeculum, hati, pankreas, jejunum, ileum, rectum dan kloaka.
Tembolok hanya terdapat dalam aves. Tembolok ini berfungsi sebagai organ
penyimpan makanan karena terdapat kelenjar susu yang disebut pigeon milk (Storee
dan usinger, 1961). Sistem pencernakan pada merpati terdiri dari mulut,
oesophagus, empedu, usus halus, usus besar, rectum dan kloaka. Truncus digesvus
dari merpati terdiri cavumoris, dilanjutkan ke faring yang pendek, kemudian
oesophagus yang panjang dan terjadi perluasan disebut crop. Yaitu tempat
sementara, dari lambung akan dilanjutkan oleh intestinum yang terbagi atas
bagian yang halus dan terakhir adalah rectum dan kloaka (Jasin, 1989).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut sistem pernapasan burung merpati
dimulai ketika udara dihasilkan kedalam sepasang ronga hidung atau nares.
Urutan sistem pernapasan pada merpati hidung atau nares, laring, tenggorokan,
bronkus, bronkeolus, pulmanum, pleura (selaput paru-paru). sistem pencernakan
burung merpati mempunyai urutan lidah atau paruh, oesophagus, Tembolok,
Jantung, Hati, empedu, gizad, pangreas, duedenum, jejunum, usus halus, rektum,
saka, usus besar, kloaka.
3.2 Saran
Saran
yang dapat kami berikan kepada praktikan-praktikan berikutnya adalah dalam
mencari objek penelitian atau burung merpati, sebaiknya carilah burung merpati
yang tidak gemuk atau kurus agar tidak menyita waktu yang berlebihan seperti
kelompok kami. Pelaksanaan praktikum yang terstruktur sudah cukup mempermudah
mahasiswa, akan tetapi lebih bisa efisien jika waktu dan bahan praktikum
(burung merpati) sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
http://andre4088.blogspot.com/2012/04/sistem-respirasi-merpati.html
Jasin,M.1987.Zoologi
Vetebrata.Sinarr Wijaya,Surabaya
Jasin,
M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata . Sinar Wijaya,
Surabaya.
BAB I
MATERI DAN
METODE
Praktikum Biologi dengan materi
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman kacang tanah ( Arachis hipogeae ) dan
jagung ( Zea mays ) yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 05 November
2012 pukul 09.00-11.00 WIB di ruang
D.201 kampus Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro
Semarang.
3.2. Materi
Praktikum
Pertumbuhan dan Perkembangan menggunakan alat yaitu gelas aqua bekas sebagai
tempat menanam jagung dan kacang tanah, penggaris atau meteran dan jangka
sorong untuk mengukur tinggi
tanaman,panjang
tanaman, panjang akar, dan diameter batang, serta label untuk menunjukkan umur tanaman tersebut dan alat tulis untuk
mencatat hasil pengamatan. Menggunakan bahan yaitu biji kacang tanah dan biji
jagung, media tanamnya menggunakan kapas basah sebagai pengganti tanah.
1.2. Metode
Praktikum
Pertumbuhan dan perkembangan menggunakan metode yaitu yang pertama melubangi
empat gelas aqua bekas bagian bawahnya agar air dapat bersirkulasi dengan baik,
mengisi gelas aqua bekas dengan kapas yang telah dibasahi, minggu pertama
menanam 4 biji jagung dan kacang tanah pada gelas aqua bekas I. Minggu kedua
menanam 4 biji jagung dan kacang tanah dengan perlakuan yang sama pada gelas
aqua bekas II. Minggu ketiga menanam lagi 4 biji jagung dan kacang tanah dengan
perlakuan yang sama pula pada gelas aqua bekas III. Minggu keempat
menanam 4 biji jagung dan kacang tanah pada aqua gelas ke IV. Melakukan
penyiraman setiap hari pada masing-masing gelas aqua bekas, setelah minggu
keempat, bongkar semua tanaman dan bersihkan, kemudian mengamati, mengukur
tinggi jagung dan kacang tanah, mengukur diameter tanaman jagung dan kacang tanah,
serta menghitung jumlah daun jagung dan kacang tanah, kemudian catat hasil
pengamatan.
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Dan Pertumbuhan Pada Tanaman
Jagung
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung sebagai
berikut:
|
Keterangan:
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi
2012
Ilustrasi 20. Tanaman jagung yang ditanam
dengan media kapas
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tanaman
Jagung
Umur
(minggu)
|
Tinggi Tanaman
|
Panjang Tanaman
cm
|
Diameter Batang
|
Panjang Akar
|
Jumlah Daun
(helai)
|
1
|
12,5
|
16
|
0,23
|
3,5
|
2
|
2
|
23
|
30
|
0,22
|
7
|
4
|
3
|
24
|
34
|
0,21
|
10
|
4
|
4
|
25,5
|
44,5
|
0,2
|
19
|
5
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi
2012
Sumber
: Data Primer Praktikum Biologi 2012
Grafik
1. Pengukuran tanaman jagung
Ilustrasi 21. Berdasarkan
hasil pengamatan dari jumlah daun, panjang dan
Grafik Pengamatan Tanaman Jagung
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada tanaman jagung, ternyata tanaman jagung pada
tiap minggunya mengalami pertumbuhan. Hal ini bias dilihat melalui jumlah daun,
tinggi tanaman, diameter batang, dan panjang akar yang terus bertambah pada
tiap minggunya. Hal ini sesuai pendapat Istamar (2000) bahwa pertumbuhan
merupakan diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah
sel secara irreversibel yaitu, tidak dapat kembali kebentuk semula. Hal ini
terjadi karena adanya pertumbuhan subtansi sebagai hasil sintesis di dalam sel
dan karena adanya pembelahan sel yang menyebabkan jumlah sel bertambah
2.2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tanaman
Kacang Tanah
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung sebagai
berikut:
|
Keterangan:
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi
2012
Ilustrasi 22. Tanaman kacang tanah yang ditanam dengan
media kapas
Tabel 2. Hasil Pengamatan Tanaman Kacang Tanah
Umur (minggu)
|
Tinggi Tanaman
|
Panjang
Tanaman
cm
|
Diameter Batang
|
Panjang Akar
|
Jumlah Daun
(helai)
|
1
|
17,5
|
19,5
|
0,18
|
4,5
|
16
|
2
|
18
|
20,5
|
0,2
|
4
|
16
|
3
|
18,5
|
23
|
0,23
|
2,5
|
20
|
4
|
20,5
|
25
|
0,25
|
2
|
20
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biologi
2012
Sumber : Data Primer Praktikum
Biologi, 2012
Grafik
1. Pengukuran tanaman jagung
Ilustrasi 23. Grafik Pengukuran tanaman kacang tanah
Berdasarkan
hasil pengamatan dari jumlah daun, panjang dan tinggi tanaman, panjang akar dan
diameter batang, tanaman kacang tanah mengalami pertumbuhan dari minggu ke
minggu. Hal ini dapat dilihat dari grafik pertumbuhan dan perkembangan kacang
tanah yang terus meningkat setiap minggunya. Pertumbhan ini dipengaruhi oleh
nutrient air dan cahaya. Hal ini sesuai dengan pendapat amien (1994) bahwa
nutrient, air dan cahaya matahari merupakan factor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Haryadi (1979) bahwa cahaya
juga penting dengan adanya cahaya tanaman bias melakukan fotosintesis yang
menghasilkan makanan untuk tumbuhan itu sendiri dan oksigen untuk organism.
Tanaman juga memerlukan air dan zat hara untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Karena tanpa air dan zat hara yang cukup maka pertumbuhan dan perkembangan
tanaman jadi tidak sempurna.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan adalah proses
pertambahan volume dan jumlah sel yang menyebabkan bertambah besarnya ukuran
organisme. Perkembangan adalah proses menuju keadaan yang lebih dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang saing berhubungan.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang tanah dan jagung dari minggu terus
meningkat atau terjadi kemajuan yang dilihat dari beberapa segi seperti tinggi
tanaman, diameter batang dan jumlah daun, yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tersebut terdapat dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam.
Faktor luar dipengaruhi oleh nutrisi, air, suhu dan cahaya. Sedangkan faktor
dari dalam tubuh organism dipengaruhi oleh hormon dan gen.
3.2 Saran
Proses penanaman dan perawatan harus
diperhatikan. Penanaman kacang tanah dan jagung harus selalu dijaga
kelembapannya dan jangan terlalu banyak terkena cahaya.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin. 1994. Fisiologi Hewan daan
Tumbuhan. Karunika. Jakarta.
Haryadi,
Sri Setiadi. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia : Jakarta
Syamsuri, Istamar. 2000. Biologi 2000. Jakarta:
Erlangga
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar